Bagaimana saya mengetahui kehendak Allah dalam hidup (khususnya dalam mengetahui panggilan hidup)?

Banyak orang Kristen bertanya-tanya bagaimana mengetahui kehendak Allah dalam kehidupannya. Apalagi anak-anak PMK yang saya yakin ingin melakukan kehendak Allah (God’s will) tetapi bingung bagaimana mengatahuinya. Misalnya ketika akan menentukan mau kemana setelah lulus. Bahkan ada cerita seorang teman yang sampai menunda kelulusannya karena masih bingung hendak kemana setelah lulus. Mengetahui kehendak Allah memang bukan perkara yang menurut saya mudah, butuh pergumulan yang lumayan panjang. Prinsip-prinsip dibawah ini mungkin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui kehendak Allah (saya mengumpulkan dari beberapa artikel yang pernah saya baca dan beberapa yang pernah saya alami)

1. God doesn’t make junk. We are His masterpiece

Tuhan punya rencana yang indah dalam hidup kita. Dia menciptakan manusia bukan tanpa tujuan. Seperti Allah telah memilih nabi Yesaya (Yesaya 49:1) dan Yeremia (Yeremia 29:11) sejak dalam kandungan untuk suatu tujuan khusus, demikian juga masing-masing kita memiliki tujuan khusus. Oleh sebab itu, maka menjadi kewajiban kitalah untuk mengetahui apa panggilan khusus kita. Sebelum bergumul akan kehendak Allah, pertama-tama yakinkan diri Anda akan hal ini.

2. Jalin relasi yang intim dengan Allah

Melalui relasi yang baik dengan Allah, kita dapat semakin mengetahui kehendak Allah. Ibaratnya, semakin kita dekat dengan seseorang dan semakin kita mengenalnya, maka semakin kita mengetahui apa keinginannya. Demikian juga dengan Allah. Untuk itu, hal yang terutama perlu dilakukan tentunya terus berjuang untuk semakin mengenal Allah. Praktisnya lewat saat teduh, PA pribadi dan Bible reading.

3. Mau mendengarkan nasehat orang lain

Allah bisa memakai siapa saja, apa saja untuk menggenapi rencanaNya. Mungkin terkadang kita kurang kepekaan, sehingga membuat kita merasa belum mengetahui kehendak Allah dalam hidup kita. Padahal sebenarnya Allah sudah memberitahukan dengan gamblang pada kita. Untuk itu kita memerlukan bantuan orang lain yang ada disekitar kita untuk mengingatkan kita, menuntun kita mengetahui kehendak Allah. Misalnya pendeta di gereja, orangtua, kakak PA, dan teman-teman persekutuan. Amsal 12:15:

“Si pencemooh tidak suka ditegur orang; ia tidak mau pergi kepada orang bijak”

4. Kenali diri sendiri

Untuk mengetahui kehendak Allah, dibutuhkan juga kemampuan untuk mengenal diri sendiri. Tuhan telah mengaruniakan masing-masing kita talenta yang berbeda. Kembali lagi, dibalik karunia yang berbeda itu, Allah memiliki tujuan/ rencana yang indah. Seperti tertulis dalam Roma 12:6-8:

Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.  Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;  jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.

Demikian juga yang tertulis dalam Matius 25:14-30. Allah member masing-masing kita talenta, dan Dia ingin kita menggunakannya bukan menyimpannya.

Timbul pertanyaan, “boro2 tau kehendak Allah, apa karunia gw aja, gw gak tau”. Menurut saya, inilah yang menjadi bagian kita, bagaimana kita bisa tau apa karunia kita. Juga mirip dengan poin no 3, kita juga bisa mengetahui apa karunia kita lewat orang lain. Kalau kita sudah mengetahuinya, maka kemungkinan besar ditempat dimana kita bisa menggunakan karunia kita itulah Allah menginginkan kita ada. Misalnya, buat seseorang yang cakap mengajar, maka kemungkinan besar Allah menginginkan dia menjadi tenaga pengajar.

Terkadang banyak orang terjebak dengan pemikiran yang berkata bahwa karunia lain lebih baik daripada karunia yang lain. Contohnya si A, sebenarnya dia cakap dalam mengajar. Ketika diberi tanggungjawab untuk mengajar, dia mampu melakukannya dengan baik. Namun tetap saja dia berkilah, “ah, saya tidak bisa mengajar”. Karena bagi dia jauh lebih hebat menjadi seorang eksekutif daripada menjadi seorang tenaga pengajar. Jujur, ini pernah saya alami.

5. Apakah ada damai sejahtera dihati?

Ada kedamaian ketika kita menjalaninya. Mungkin ada momen kita dihadapkan pada banyak pilihan. Dan kita bingung ingin memilih yang mana, tetapi kita harus memutuskan apa yang menjadi pilihan kita. Dalam konteks ketika kita sudah menetapkan pilihan, maka akan ada rasa damai/ rasa tentram dalam hati kita. Seperti yang tertulis dalam Yesaya 32:17 :

Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya.

6. Kembali pada Alkitab

Alkitab adalah Firman Allah. Firman Allah akan menuntun kita mengetahui kehendak Allah.

Thy word is the lamp unto my feet.

7. Berdoa

Doa adalah nafas hidup orang Kristen. Minta tuntunan Roh Kudus dalam menolong kita membuat keputusan dengan hikmat.

8. KehendakNya selalu sejalan

Yang terakhir, kehendak Allah tidak pernah bertentangan, namun saling mendukung. Yang saya maksud disini adalah kehendak Allah yang sudah mutlak. Misalnya, Dia dimuliakan. Kemudian sesuai dengan perintahNya dalam Matius 28 :19-20.

Hal-hal diatas hanyalah alat, tidak bisa dengan begitu saja membuat kita mengetahui kehendak Allah. Semuanya kembali pada kita, apakah kita mau mengetahui kehendak Allah. Karena menurut saya, kadang kita terjebak dengan keinginan pribadi sehingga sulit rasanya mengetahui kehendak Allah dalam hidup kita.

Bagaimana jika seandainya kita telah menentukan pilihan, namun akhirnya kita merasa bukan inilah panggilan hidup kita, ini bukan kehendak Allah. Hati-hati, terkadang pernyataan seperti itu hanyalah sarana untuk membenarkan diri kita. Padahal sebenarnya kita tidak mampu bertahan, kita tidak mau berjuang lebih lagi.

Ketika telah membuat keputusan, percayalah bahwa Tuhan akan menyertai kita, apapun keputusan kita. Tuhan telah memberi kita kehendak bebas, sehingga kita bisa memilih mau kemana kita. Seandainya pun kita salah menetukan pilihan, Allah bisa memakai itu untuk menggenapi rencanaNya. Meski kita diberi kehendak bebas, namun Allah tetap “campur tangan” dalam kehidupan kita. Ketika dia mengijinkan kita membuat keputusan yang salah, mungkin Dia ingin mengajarkan sesuatu bagi kita. Walaupun mungkin kita akan mengalami penderitaan J

Akhirnya, jangan pernah menyesali keputusan yang telah dibuat. Karena penyesalan adalah pembunuh yang membuat kita merasa menjadi orang paling menderita. Jalani semuanya dengan rasa syukur dan melakukan yang terbaik untuk peran yang kita miliki. Sebab hidup kita adalah anugrah dari Tuhan. Keep fighting. —ferdinan